Minggu, 16 Mei 2010

BESEMAH "Andai-andai"

Jeme Besemah ANDAI-ANDAI.

Pada era 70an, ketika itu saya masih anak-anak, setiap malam selalu mendengarkan “andai-andai”dari nenek saya, andai-andai adalah cerita lisan atau dongeng penghantar tidur biasanya dituturkan oleh kakek atau nenek kepada cucunya, sambil ber”andai-andai” kakek atau nenek biasanya minta imbalan kepada cucunya berupa pijitan sang cucu.

Penggemar andai-andai tidak saja anak-anak, tetapi juga digemari oleh orang dewasa, tentu saja andai-andai untuk orang dewasa kontennya disesuaikan dengan kebutuhan orang dewasa, selain itu andai-andai tidak terbatas hanya cerita atau dongeng, kadang-kadang disertai dengan rejungan, dan tadut, sehingga bagi pendengarnya selain mendengarkan cerita, juga diselingi dengan rejungan dan tadut yang mempunyai irama yang sangat menarik.

Untuk orang dewasa saya pernah mendengar “andai-andai” Jangun dan Ridikan, dimana ceritanya berupa roman percintaan antara seorang bibi dan keponakan, selain dari itu juga pernah saya mendengarkan andai-andai Rebiah ceritanya berkisar tentang perjalanan spiritual roh orang yang sudah meninggal pergi kealam barzah, dimana sepanjang perjalanan Rebiah di introgasi oleh petugas-petugas yang menjaga pos sepanjang perjalanan kealam barzah. Rebiah diperiksa oleh petugas apa benar-benar sudah meninggal dengan cara dilihat matanya, apabila anak matanya masih, maka dia adalah orang dari tanah “minjam” atau dari dunia yang fana ini tapi bila anak matanya sudah hilang maka resmi orang tersebut sudah meninggal dan akan diterima sebagai warga baru alam barzah.

Andai-andai banyak mencerikatkan mitos orang-orang sakti, cerita tentang binatang yang bisa berbicara seperti manusia (fable), kemungkinan andai-andai di “Tanah Besemah” sudah ada sejak zaman hindu, dimana dalam andai-andai diceritakan tentang dewa-dewa dari kayangan, saya masih ingat sepenggal kalimat mantra dalam andai-andai untuk berubah menjadi sesuatu, bunyi mantranya seperti ini “amu aku anak diwe anak diwate, tunde beturun di kayangan jadilah aku………………” ……………………disebut sesuai keinginan kita missal jadilah aku burung, maka setelah kita selesai membaca mantra kita tau-tau sudah jadi burung.

Dalam andai-andai banyak mengandung muatan nasehat, pentingnya kejujuran, pentingnya belajar, pentingnya membela keluarga, sanak saudara, dan teman. Selain itu terdapat andai-andai yang bercerita tentang kejenakaan seseorang.

Pelajaran-pelajaran yang termuat dalam andai-andai digunakan oleh masyarakat besemah zaman dahulu untuk mencetak generasi muda “Besemah” agar mempunyai kearifan local yang disebut beganti yang artinya setia kawan, dimakkapadunye yang artinya bila anggota keluarga mempunyai masalah harus membela, jangan cikil-periil artinya jangan bersifat mau menang sendiri, bemiah artinya suka bekerja dan penolong, iluk periwai yang artinya baik tingkah lakunyadan sopan, tidak besemu artinya tidak boleh pemalu, tidak langgok artinya tidak boleh sombong, dan banyak lagi sifat-sifat yang harus dipunyai oleh orang Besemah dalam hidup bermasyarakat.

Seiring dengan arus globalisasi dewasa ini andai-anadai makin tergerus oleh budaya-budaya baru dari luar, untuk menjaga budaya andai-andai jangan sampai punah perlu dimasyarakatkan kembali dengan cara membukukan semua andai-andai yang masih diingat oleh masyarakat Besemah, kemudian perlu dibudayakan apresiasi seni yang ada dibesemah dengan cara mengadakan festival budaya Besemah.

Ading :
“Seringgokmalai aku nak makan, peghutku lapagh dide tetahan”,
Kakang :
“Ding kaba sinilah, kakang kah kayek
dide kalame andun ngusapi ayek mate”
(Petikan awal andai-andai “Jambu Mbak Kulak”)